"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Diam


Diam itu terkadang emas, bicara itu terkadang berlian.
Namun seringnya dalam realita lebih mudah menemukan emas daripada berlian.
Dalam artian, lebih sering menemukan bongkahan emas dalam diam daripada serpihan berlian yang berkilau dalam bicara.

Tidak percaya? Ternyata diam itu lebih banyak berpikir. Dalam diam banyak instropeksi. Saat diam tidak gegabah. Diam itu muhasabah. Diam itu dzikir. Diam itu lebih tunduk. Diam itu senyumnya hati. Diam itu segalanya yang membuat lisan licin ini tak mudah terpeleset.
Diam itu saat Allah tidak rela kita banyak melakukan yang sia-sia. Diam itu tenang. Diam itu tempaan hati untuk sabar. Diam itu sejuta senjata untuk terus merendah di hadap-Nya. Diam itu bukan dibuat-buat. Diam itu automatically di tangan Allah, Pengendali Alam Semesta.

Diam itu menyusun perbaikan diri. Diam itu haru dalam hikmah. Diam itu syukur, dalam setiap nikmat. Dan ada kalanya diam itu bergejolak, untuk kemudian tertunduk, menangis, berlayar dalam ketenangan, dekat, merapat, lalu merasakan hidup melayang tanpa beban, karena rasa cinta terhadap-Nya merasup mengalahkan segala hal yang lena-lena.

Diam... ini yang selalu dirindukan. Diam... terus saja bersemayam di alam pikir, untuk diri ini bijak dalam merintis, cukup berkata saja yang baik. Untuk jauh dari kesia-siaan, untuk menuntaskan kewajiban diri, memenuhi hak orang lain dan merapatkan diri pada kesempurnaan iman.

...Cukup, hanya itu yang menenangkan...

Amaama ghufratun naum, Al Baqarah-Al Maidah, Rumah Cahaya
21:44 p.m
Sabtu, 09032013

0 komentar:

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..