"Memilih sikap terbaik untuk hidup setelah kematian"

_faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alallah_
Intanshurullaha yanshurkum wayutsabbit
aqdaamakum

"....Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Cantikmu, Pahalamu :)



“Kecantikan itu ada dua. Yang pertama cantik yang ketika orang memandang membuat makhluk lain berkeinginan yang tak semestinya. Yang kedua cantik yang ketika memandangnya mengingatkan kita kepada Allah.”

Kita yang mana?

Suatu ketika ada seorang jamaah bertanya kepada seorang ustadz.

“Wanita yang berprestasi itu seperti apa?”

Sebuah jawaban yang membanting pola pikir kacau balau yang mendarah daging di benak para penginjak bumi Allah pada umumnya.

“Bagi saya, wanita yang berprestasi adalah wanita yang hanya suaminya lah satu-satunya yang pernah mengungkapkan sayang kepadanya setelah menikah. Dan tidak ada yang lain. Karena ia telah sanggup membuat dirinya tidak mengundang seorang lelaki tertarik dan mengungkapkan hal yang tidak dihalalkan (persepsi saya, sama artinya membuat orang lain berpeluang berbuat dosa). Laki-laki yang menge’tag’ wanita atau meminta untuk ditunggu artinya sama hal nya dengan berkata, ‘aku bernafsu padamu’..”

Na’udzubillahimindzalik...

Mari merenung, berefleksi diri, mari perkuat Qur’an, mari bersemangat menimba ilmu, mari lebih banyak berpikir sebelum bertindak, dan mari mendekat dan terus merapat dengan-Nya untuk senantiasa dikuatkan.

Ini hanya sekedar menumpahkan diskusi ringan nasihat ustadz dari dua asrama akhwat yang berbeda, di sisi Taman Medika tempo hari. Yang menyadarkan saya bahwa justru saat ini di benak ini masih dipenuhi dengan urusan-urusan jangka pendek. Entah ungkapan, “Masih ingin banyak berkarya, masih ingin belajar membina banyak mutiara, masih ingin menopang bahu lembut adek-adek, masih ingin belajar banyak ilmu, masih ingin banyak ngafalin dulu, masih ingin meringankan beban Ayah untuk adek, masih ingin berbuat banyak buat yang di rumah, masih ingin hal banyak yang belum mensyaratkan kapasitas ideal seorang muslimah.”

Di tambah lagi justru rasa-rasa risih dan males membahas tentang itu sering kali termunculkan karena terbiasa dengan suasana yang membentengi menelisik masalah ini lebih dalam. Karena kecenderungan yang biasa muncul lebih ke arah superfisial ikatan, bukan makna seutuhnya yang mendalami ke arah pembinaan di lingkup madrasah terkecil. Tidak salah kan, toh juga nanti Allah menumpahkan kebahagiaan tiada tara di penghujungnya. Menikmati proses menguras kotornya hati dan berpentas di panggung biah sholihah rasanya lebih menarik untuk dinikmati. Yang jelas PR kita masih banyak, beresin dulu lah urusan kita, penuhi dulu kewajiban kita, telisik lagi list-list hak sekitar yang belum terpenuhi dan segera berbenah. 

Kemudian sekelumit tadi membuat saya lebih terlintas kata ‘bodho amat’ sama hal-hal yang beresonansi dengan hal itu. Atau bahkan sedikit banyak menunjukkan afek acuh yang berhubungan dengan setiap sikap diri. Karena idealisme di titik dalam yang terungkap terekam ‘cukup berbuat yang terbaik untuk Allah, jaga diri, jaga hati, ingat Allah, dan lupakan apa yang akan terjadi pasca skenario telah terputar di pentas ini.'

Yang jelas justru kali ini saya malah diingatkan untuk kembali memfokuskan penjagaan tentang hal itu. Yang akhir-akhir ini justru enggan melirik masalah koridor. Karena saya lebih tertarik membahas mengenai pembinaan calon penghuni rahim. Fokus ini membuat saya menafikkan hal yang memang itu bukan ranah saya.

Awalnya saya hanya sering iseng membentengi sohib-sohib saya yang ‘enticing’ alias ‘nice-looking’. Yang lebih cantik pake slayer atau pakai pakaian yang tak membuat silau. Dan bahkan iseng nyaranin buat cepet nikah dengan dalih kasihan. Tapi kalau di pikir saya kasihan juga ya, sedangkan sekarang anginnya lebih kencang berhembus dari segala sumber. Bersyukurnya, DS selalu mampu menjadi humus dan pupuk yang terus mengokohkan akar-akar pohon dalam proses tumbuh kembangnya. Banyak guru, banyak alarm, banyak benteng, banyak tongkat buat mukul diri sendiri saat lalai atau bandel dari marka jalan. 

Semoga Allah menjaga kita, dengan penjagaan-Nya yang tak pernah runtuh dari kasih sayang. Semoga hati kita tetap murni dengan rasa cinta terhadap-Nya yang menciutkan rasa-rasa aneh yang kadarnya cukup sepele dan memalukan untuk ukuran hamba yang dhaif ini. 

Jadikan cantikmu sebagai pahalamu yang tiada habisnya, hingga Allah mengizinkan engkau dengan lapang hati secara halal mempersembahkan dengan rasa syukur karunia keindahan yang Ia berikan untukmu :)

Ma’annajah ukhty, semoga barokah cantiknya. Jadikan cantik berpahala, jadikan aktivitas menjadi penguat iman. Cantikmu, pahalamu dengan cara penjagaanmu. 

Selamat dan semangat berjuang, dimanapun berada, di bumi Allah yang hangat dengan Rahman dan Rahim-Nya :)

_Atas nama ukhuwah yang tertegur untuk saling bercermin_
Kamis Mubarak, 180412013
11 : 05 a.m
picture here

0 komentar:

Posting Komentar

Seberkas feedback semoga menjadi amal :)

Quotes

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
( Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)

Total Pengunjung

Followers

My Account Facebook

Mengenai Saya

Foto saya
Pembelajar Sepanjang Hayat yang telah tunai menyelami program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada. Tertakdirkan semenjak tahun 2010 hingga lulus program profesi Ners 2016. Pasca dibelajarkan dalam mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang khalifah di madrasah kepemanduan dan organisasi kampus, kini sedang belajar untuk mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan sebagai seorang professional clinical ners di sebuah Rumah Sakit yang berpayung di sebuah Perguruan Tinggi Pemerintahan. Bermimpi menjadi insan pecinta ilmu dari buaian sampai liang lahat, hingga tunduk dan meneduh di keridho'an Al Fatah Ar Rahman Ar Rahim..